MODUL V
IDENTIFIKASI KURKUMIN PADA KUNYIT SECARA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
A. Maksud:
Agar
mahasiswa dapat memahami cara
kerja kromatografi lapis tipis (KLT).
B. Tujuan:
Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin
dengan menggunakan KLT.
C. Prinsip kerja:
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan
adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben
dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi.
D. Dasar Teori
Kunyit boleh
dikatakan pokok serba guna, setiap bahagiannya mempunyai peranan tersendiri. Di
samping menjadi pewarna dan perasa di dalam masakan ia juga menjadi sebahagian
perubatan tradisional. Bagi masyarakat Melayu kunyit juga dimunum sebagai jamu
terutamanya ibu selepas bersalin. Tujuannya untuk mengecutkan rahim dan mencuci
darah. Masyarakat Cina percaya isi kunyit boleh melancarkan peredaran darah,
menghilangkan kesan lebam dan darah beku. Di dalam perubatan Thai kunyit
digunakan untuk merawat bisa patukan ular tedung.
Dalam ilmu perubatan
Hindu kunyit disyorkan sebagai pes untuk mengubati penyakit kulit, gatal-gatal
dan depilatori. Di samping itu ia juga digunakan sebagai barangan kosmetik
untuk mewarnakan kulit. Terdapat penyelidikan yang membuktikan kunyit
menguatkan pundi hempedu, menyekat pembekuan darah yang bahaya, mengurangkan
toksin hati, membantu memetabolismakan lemak dan mempunyai kesan anti
merangsang tindakan dan non steroidal.
Kurkuminoid
secara klinis berkhasiat mencegah penyakit jantung koroner, meningkatkan daya
tahan tubuh, mencegah penggumpalan darah, penambah nafsu makan, mengobati
hepatitis, menurunkan kadar kolesterol darah, dan mencegah stroke (Sidik,
2006). Selain itu kurkumin berkhasiat sebagai acnevulganis, antiinflamasi (anti
radang), antioksidan, anti hepatotoksik (anti keracunan empedu). Kandungan
kurkumin dan monodesmetoksi kurkumin bersifat anti tumor (Kunia, 2006).
Kurkumin
dapat diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis. Dalam tehnik
kromatografi, campuran senyawa dapat dipisahkan menjaadi komponennya
berdasarkan pendistribusian zat diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase
gerak. Asaz penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda
mempunyai koefisien distribusi yang berbeda diantara dua fase yang disebutkan
tadi. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal
dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam system kromatografi. Sebaliknya
senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya,
setiap komponen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam
system kromatografi sehingga menghasilkan pemisahan sempurna. cara kromatografi
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif (Team teaching DDPA,
2010).
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan
distribusi molekul-molekul komponen antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam
). Yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul kompinen berinteraksi
secara lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat
meninggalkan fasa diam,. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya inteaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya
intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka komponen
tersebur sulit dipisahkan.
Menurut
anonym (2009) kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. Pelarut yang
dipilh untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silica gel adalah senyawa yang tidak
bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktf seperti asam sulfat.
Pelaksaanan
kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis
tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam
sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai. Cara kerja kromatografi lapis yaitu :
a. Fase
diam-Gel silica
Gel
silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel
silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika
terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.
Permukaan
jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van
der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan
adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki
gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa
untuk alumina.
b. Senyawa-senyawa
pemisah dari kromatogram
Ketika
pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis datar.
Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana
halnya pergerakan pelarut.
Kecepatan
bergeraknya senyawa pada lempengan tergantung pada :
1. Kelarutan
senyawa dalam pelarut.
Tergantung pada besar
atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
2. Senyawa
melekat pada fase diam, misalnya gel-silika
Tergantung pada bagaimana vesra atraksi
antara senyawa-senyawa dengan gel-silika (Green, 2009).
Beberapa
keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini yaitu :
- Kromatografi
lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
- Identifikasi
pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi,
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet.
- Dapat dilakukan
elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara
elusi dua dimensi.
- Ketetapan
penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
Data
yang diperoleh dari kromatografi lapis tipi
s
adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa
murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat
diidentifikasikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal.
Oleh karena itu, bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (Anonim,2009).
Menurut
Green (2009), untuk kromatografi lapis pada substansi tidak berwarna yaitu :
- Menggunakan
pendarflour
Fase
diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang
ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan
sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan
berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada,
meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu
berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari
posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang
kecil yang gelap.
Sementara
UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak
dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika
anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
Umumnya,
fase diam bersifat polar, dan senyawa polar akan melekat lebih kuat pada
lempeng daripada senyawa nonpolar akibat interaksi tarik-menarik dipole-dipol. Senyawa polar cenderung berdekatan dengan tempat semula
dibandingkan senyawa nonpolar. Senyawa nonpolar kurang melekat erat pada fase
diam polar sehingga bergerak maju lebih jauh ke atas lempeng. Jadi, jarak
tempuh ke atas lempengan merupakan cerminan polaritas senyawa. Peningkatan
polaritas pelarut akan menurunkan interaksi senyawa dengan fase diam sehingga
memungkinkan senyawa dalam fase gerak bergerak jauh pada lempeng.
Campuran hasil reaksi diteteskan bersamaan dengan zat
mula. Pelarut kemudian dibiarkan bergerak naik pada lempeng dan akan diketahui
bahwa hampir seluruh zat mula menghilang dan dua produk terbentuk.
b. Menggunakan bercak secara kimia
Untuk
membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat
kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik
adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.Kromatogram dapat
dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau
ungu.
Dalam
metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada
wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan
kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat
dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang
dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
E. Alat
dan Bahan
1. Alat
batang pengaduk
gelas kimia
pipit tetes
pengaris
pinset
pinsil
cawan petrik
chember
2. Bahan
Bahan
|
Sifat
kimia
|
Dietil eter
|
Semi polar
|
Metanol
|
Polar
|
Kloroform
|
Non polar
|
Ekstra kunyit
|
|
n-heksan
|
Non polar
|
F. Prosedur
kerja
Ø Pembuatan
eluen
1 1. meneteskan dietil eter dan kloroforom pada cember dengan perbandingan 1:1
2. hal ter sebut di lakukan untuk perbandingan 2: 1, 3:1
3. pada pelarut metanol dan kloroforom dengan perbandingan 1: 5, 1: 15, dan 1: 25
Ø Identifikasi kurkumin pada kunyit
- Di
mencerkan denga n-heksan
-
Diambil
dengan pipa kapiler
-
Di totolkan pada plat
KLT yang sebelah kanan kurkumin (sampel) dan yang sebelah kiri kurkunin
(standar)
-
Dimasukkan dalam cember yang berisi eluen
-
Mengamati berjalanya sampel
-
Mengamati warna yang terbentuk
-
Mengangkat kertar plat
-
Mengeringkan
-
Melihat noda yang dibentuk di bawah lampu yivi
-
Menggambarkan
-
Menghitung Rf
G. Hasil
Pengamatan
Metanol: Kloroform
|
Dietil Eter: Kloroform
|
v 1 : 5
Jarak sampel : 3,5 cm
Jarak stndar : 3,3 cm
Jarak eluen : 4,2 cm
|
v 1
: 1
Jarak sampel : 2,5cm
Jarak stndar : 2,3 cm
Jarak eluen : 4,2 cm
|
v 1
: 25
Jarak sampel : 2,8 cm
Jarak stndar : 3 cm
Jarak eluen : 4,3 cm
|
v 2 : 1
Jarak sampel : 2,3 m
Jarak stndar : 2,3 cm
Jarak eluen : 4,2 cm
|
v 1
: 15
Jarak sampel : 3,4 cm
Jarak stndar : 3,1 cm
Jarak eluen : 4,5 cm
|
v 3
: 1
Jarak sampel : 2,5cm
Jarak stndar : 2,4 cm
Jarak eluen : 4,2 cm
|
I. Pembahasan
Kromatografi
adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan
didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner
(diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak dialirkan
menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen
campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan
terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam
fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang
kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi
pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang
terserap akan bergerak lebih cepat.
Kurkumin
dapat diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis. Dalam tehnik
kromatografi, campuran senyawa dapat dipisahkan menjaadi komponennya
berdasarkan pendistribusian zat diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase
gerak. Asaz penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda
mempunyai koefisien distribusi yang berbeda diantara dua fase yang disebutkan
tadi. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal
dalam fase gerak dan bergerak cepat dalam system kromatografi. Sebaliknya
senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan bergerak lambat. Idealnya,
setiap komponen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam
system kromatografi sehingga menghasilkan pemisahan sempurna. cara kromatografi
dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Pada
percobaan ini sample yang digunakan adalah minyak kurkumin dari kunyit yang
diperoleh dari proses soxhletasi dan dilanjutkan dengan evaporasi yang memakan
waktu yang cukup lama. Kemudian kurkumin tersebut di encerkan dengan n-heksan,
serta kurkumin setandar juga di laritkan dalam dengan n-heksan.
Kemudian kertal plat di garis
pada ujung bawah dan atas 0,5 cm, maksud membuat garis yaitu untuk dapat
menetukan Kf. Setalah itu Sample tersebut ditotolkan pada plat KLT,
totolan yang sebelah kanan itu kurkumin sebagai hasil ekstrak, dan yang sebelah
kiri itu kurkumin sebagai setandar, lalu dicelupkan ke dalam gelas chamber yang
telah berisi pelarut dalam jumlah yang sudah ditentukan perbandingannya, Setelah
plat KLT yang telah ditotolkan dengan sample ini dimasukkan ke dalam gelas
chamber, maka segera ditutup gelas chmber ini dengan cawan pekrik.
Alasan untuk menutup gelas chember
adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas chember terjenuhkan oleh uap
dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas chember biasanya
ditempatkan beberapa kertas plat yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh
dalam gelas chember dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Kemudian
menganggakat kertas plat KLT tersedut kemudian dikeringkan setelah di keringkan
ketika bercak dari campuran tersebut mengering. Perlu diperhatikan bahwa batas
pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Ada 3 pelarut yang
digunakan yaitu kloroform dan metanol serta dietil eter.
Kemudian
dilihat noda-noda yang terdapt pada kertas plat di bawah lampu yuvi, dan
mengambar berkas noda yang di peroleh.
Pelarut organik naik
disepanjang lapisan tipis zat padat diatas lempengan dan bersamaan dengan
pergerakan pelarut tersebut, zat terlarut sample dibawa dengan laju yang
tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam fasa bergerak dan
interaksinya dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak sekitar 4,2
cm, lempengan dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti pada
kromatografi kertas. Pemisahan dapat dikerok dari lempengan dengan menggunakan
spatula. Zat terlarutnya akan terelusi dari bahan padat bersama-sama pelarutnya
dan konsentrasi dari larutan ditentukan dengan suatu teknik seperti
spektrofotometri.
Setelah diamati beberapa saat,
maka terbentuk warna kuning pada plat KLT tersebut. Yang menyebabkab warna dari
senyawa-senyawa pada kromatografi lapis-tipis adalah perbedaan tingkat
kepolaran warna dari senyawa-senyawa yang sejauh mana tingkat kepolaran itu
mempengaruhi perbedaan atau pemisahan yang ditandai dengan tebentuknya
spot-spot senyawa dalam kromatografi lapis-tipis itu tergantung dari migrasi
pelarut (fase mobil/fase gerak) terhadap fasa diamnya, yaitu kromatografi
lapis-tipis tersebut.
Sifat umum dari
penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah mirip dengan
sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting untuk
penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi terhadap
penyokong sangat bergantung kepada mereka. Contoh penyerap yang digunakan untuk
pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapis tipis ialah misalkan silica atau
alumina. Silica gel kebanyakan digunakan dengan diberi pengkilat (binder) yang
dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas
penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan adalah kalsium sulfat, tetapi
biasanya dalam perdagangan silica gel telah diberi pengikat. Silica ini
digunakan untuk memisahkan asam amino, alkaloid, gula, asam, lemak, lipida,
minyak essensial, anion dan kation organic, sterol dan terpenoid. Selain silica
ada juga penyerap lainnya seperti alumina, bubuk selulosa, pati, dan sphadex.
Setelah letak noda komponen diketahui dan diberi tanda batas, maka harga Rf (Retardation
factor) dapat dihitung. Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran
kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan
merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka
pelarut dari titik awal.
Rf
= Jarak yang ditempuh
komponen
Jarak yang ditempuh pelarut
Nilai Rf bersifat
karakteristik dan menunjukkan identitas masing-masing komponen. Komponen yang
paling mudah larut dalam pelarut harganya akan mendekati satu. Sedangkan
komponen yang kelarutannya rendah akan mempunyai Rf hamper nol. Ada beberapa
factor yang menentukan harga Rf yaitu pelarut, suhu, ukuran dari bejana, kertas
dan sifat dari campuran.
Pada percobaan ini, nilai Rf digunakan untuk
identifikasi kualitatif dari senyawa, perbandingan yang bagus digunakan yaitu
1:1 dengan pelarut yang digunakan yaitu: kloroforom dan dietil eter. diketahui
dengan membandingkan terhadap senyawa standard. Bila harga Rf-nya sama, berarti
kedua senyawa tersebut identik. Pada percobaan ini, nilai Rf senyawa yang diuji
adalah 0,59 sedangkan nilai Rf senyawa standard yaitu 0,59. karena nilai
keduanya samat maka dapat disimplukan bahwa perbandingan yang .
Sedangkan yang lainya berkar dari warna kurkumin
tersebut melenceng atau melengkung, atau tidak bagus hasilnya.
J. Kesimpulan
1.
Prinsip dari kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu pemisahan komponen kimia
berdasarkan atas prinsip partisi dan adsorbsi secara selektif karena adanya
perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan komponen kimia terhadap
cairan pengelusi.
2.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada
padatan) dan fase gerak (cairan atau gas).
3.
Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
4.
Nilai Rf untuk standar adalah sedangkan
untuk kedua sampel adalah 0,59
K. Kemungkinan Kesalahan
1. Praktikan kurang berkonsentrasi dalam melakukan praktikum
atau percobaan.
2.
Praktikan
kurang terampil dalam mengamati proses penyerapan pada plat KLT yang disertai
dengan perubahan warna.
3.
Nilai
Rf pada sampel kurkumin (sampel) dan kurkumin (setandar) adalah 0,59
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.
Kegunaan kunyit dalam pengobatan penyakit.
Lukum, Astin
P. 2009. Bahan Ajar: Dasar-Dasar
Pemisahan Analitik. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia UNG.
Team Teaching.
2010. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar
Pemisahan Analitik. Jurusan
Pendidikan Kimia : UNG.